Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Jika Tawon madu sudah berada dalam sarang nektar dikeluarkan dari kantung madu yang terdapat pada abdomen dan dikunyah dikerjakan bersama tawon lain, jika nektar sudah halus ditempatkan pada sel, jika sel sudah penuh akan ditutup dan terjadi fermentasi.
Rasa manis madu disebapkan oleh unsur monosakarida fruktosa dan glukosa, dan memiliki rasa manis yang hampir sama dengan gula.
Madu memiliki ciri-ciri kimia yang menarik, dioleskan jika dipakai untuk pemanggangan. Madu memiliki rasa yang berbeda daripada gula dan pemanis lainnya. Kebanyakan mikroorganisme tidak bisa berkembang di dalam madu karena rendahnya aktivitas air yang hanya.
Sejarah penggunaan madu oleh manusia sudah cukup panjang. Dari dulu manusia menggunakan madu untuk makanan dan minuman sebagai pemanis atau perasa. Aroma madu bergantung pada sumber nektar yang diambil lebah.
Daftar isi
- 1 Kandungan nutrisi
- 2 Lebah
- 3 Pembentukan
- 4 Dunia kedokteran
- 4.1 Efek Osmotik
- 4.2 Hidrogen Peroksida
- 4.3 Pengobatan penderita diabetes
- 4.4 Keasaman
- 4.5 Metilglioksal
- 4.6 Efek nutraseutikal
- 4.7 Pengobatan sakit tenggorokan dan batuk
- 4.8 Aplikasi medis lainnya
- 5 Topik-topik terkait
- 6 Referensi
Kandungan nutrisi
Madu adalah campuran dari gula dan senyawa lainnya. Sehubungan dengan karbohidrat, madu terutama fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar 31,0%),[3] sehingga mirip dengan sirup gula sintetis diproduksi terbalik, yang sekitar 48% fruktosa, glukosa 47%, dan sukrosa 5%. Karbohidrat madu yang tersisa termasuk maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Seperti semua pemanis bergizi yang lain, madu sebagian besar mengandung gula dan hanya mengandung sedikit jumlah vitamin atau mineral.[7][8] Madu juga mengandung sejumlah kecil dari beberapa senyawa dianggap berfungsi sebagai antioksidan, termasuk chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase, dan pinocembrin.[Komposisi spesifik dari sejumlah madu tergantung pada bunga yang tersedia untuk lebah yang menghasilkan madu.[7]
Analisa madu secara umum:
[11]- Fruktosa: 38.2%
- Glukosa: 31.3%
- Maltosa: 7.1%
- Sukrosa: 1.3%
- Air: 17.2%
- Gula paling tinggi: 1.5%
- Abu (analisis kimia):0.2%
- Lain-lain: 3.2%
Kekentalan madu adalah sekitar 1,36 kilogram per liter. Atau sama dengan 36% lebih kental daripada air).[12]
Lebah
Jenis lebah yang paling efektif menghasilkan madu adalah lebah dengan jenis Apis dorsata.[13] Lebah ini termasuk lebah Asia yang paling bagus memproduksi madu.[13] Lebah ini hanya membuat sarang satu lapis yang meggantung di dahan pohon, di langit-langit yang terbuka, atau di tebing jurang.[13] Untuk saat ini Apis dorsata belum bisa dibudidayakan di kandang tertutup.[13] Dengan sarangberukuran 2 x 2 m lebah ini bisa menghasilkan 20 kg madu untuk setiap sarang.[13]
Apis dorsata berbadan besar, dan hidup di daerah sub-tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Filipina, India, Nepal dan tidak ditemukan selain di daerah Asia.[13] Di Indonesia lebah ini bisa ditemukan di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan NTB atau NTT.[13]
Pembentukan
Lebah mengubah sakarida menjadi madu dengan proses mengunyah berkali kali sampai setengah tercerna. Proses ini tidak dilakukan sekaligus. Setelah dikunyah, sakarida masih dalam bentuk cair dan masin mengandun banyak air, maka proses selanjutnya adalah penguapan sebanyak mungkin air dan transformasi dengan enzim.
Lebah membuat madu sebagai sumber makanan. Pada musim dingin atau saat makanan langka, lebah mengambil cadangan madu sebagai sumber energi.[14]
Secara umum ada tiga jenis tipe lebah dalam satu sarang:
- Seekor ratu
- Beberapa lebah jantan (untuk membuahi calon ratu baru)
- Ribuan lebah betina pekerja.[15]
Lebah pekerja bertugas mengurus larva, mengumpulkan nektar yang akan dibuat menjadi madu, serta mencari nektar.
Dunia kedokteran
Sepanjang sejarah, madu sudah digunakan manusia untuk mengobati berbagai jenis penyakit, namun baru beberapa periode iniantiseptik dan antibakteri yang berasal dari madu bisa dijelaskan secara kimiawi.
Efek Osmotik
Madu memiliki efek osmotik.[16] Pada dasarnya madu merupakan campuran dari monosakarida dengan aktifitas air yang rendah, kebanyakan molekul air selalu berhubungan dengan gula dan juga mikro organisme. Hal ini membuat madu menjadi media yang tidak bagus untuk mikro organisme berkembang biak.
Hidrogen Peroksida
Hidrogen Peroksida terbentuk dari pelepasan yang lambat oleh enzim glukosa oksida yang ada di madu. Hal ini terjadi jika madu dicairkan, dimana oksigen dibutuhkan untuk reaksi ini, aktif hanya jika keasaman madu dinetralisasi oleh cairan tubuh, dapat dihancurkan oleh adanya enzim pencerna protein, dan akan hancur jika madu terpapar panas atau sinar.[17]
Madu juga dapat menonaktifkan logam bebas, yang tidak akan mengkatalisis pembentukan radikal oksigen bebas dari hidrogen peroksida, yang menyebabkan peradangan. Juga, unsur antioksidan dalam madu membantu membersihkan radikal bebas oksigen yang ada..[18]
- C6H12O6 + H2O + O2 → C6H12O7 + H2O2 (reaksi oksidasi glukosa)
Pada saat madu digunakan (seperti dioleskan pada luka) hidrogen peroksida dihasilkan saat madu mencair terkena cairan tubuh. Sebagai hasilnya, hidrogen peroksida dilepaskan perlahan lahan dan menjadi antiseptik.
Pengobatan penderita diabetes
Madu juga sudah terbukti bisa digunakan untuk pengobatan luka pada penderita diabetes dimana pasien tidak bisa menggunakan antibiotik.[19]
Karena manisnya dari madu berupa fruktosa dan apabila masuk kedalam tubuh akan langsung diubah menjadi energi tanpa perlu hormon insulin untuk mengubahnya.Sehingga dapat menyembuhkan penderita diabetes.
Keasaman
Keasaman (PH) madu berkisar dari 3.2 sampai 4.5.[20] Kondisi asam ini dapat mencegah tumbuhnya bakteri.
Metilglioksal
Aktivitas antibiotik nonperoksida disebapkan oleh metilglioksal (MGO) dan komponen sinergi yang tidak dikenali. Kebanyakan madu mengandung MGO yang sangat rendah, namun madu manuka mengandung MGO yang sangat tinggi. Tingkat sinergi dalam madu manuka dua kali lipat lebih dari aktivitas antibakteri MGO.[17]
Efek nutraseutikal
Antioksidan dalam madu pernah diujikan pada tikus dan mampu mengurangi kerusakan yang terjadi di usus besar.[21] Hal ini sesuai dengan pengobatan tradisional.[22]
Pengobatan sakit tenggorokan dan batuk
Madu juga sudah digunakan berabad-abad untuk mengobati sakit tenggorokan dan batuk, dan sesuai penelitian yang baru dilakukan, madu dapat meredakan batuk.[23]
Beberapa studi menunjukkan penggunaan madu dapat mengurangi bau badan, bengkak, dan mengobati luka.[20] Madu telah terbukti menjadi pengobatan yang efektif untuk konjungtivitis pada tikus.[24] Madu dipasteurisasi secara luas diyakini dapat mengurangi alergi, meskipun tidak secara komersial disaring atau madu mentah terbukti lebih efektif dibandingkan plasebo dalam studi terkontrol dari 36 peserta dengan alergi pada mata.[25]